Bhajan

PENGERTIAN BHAJAN
Kata bhajan berasal dari kata “bhaj” yang berarti memuja, menyembah, bersujud, dan terikat pada Tuhan. Bhajan diartikan sebagai kegiatan pemujaan ke hadapan Tuhan dengan mencantingkan/menyanyikan lagu-lagu suci yang di dalamnya sarat dengan nama-nama Tuhan
FUNGSI BHAJAN

  1. Membersihkan/menyucikan diri.
  2. Membersihkan/memurnikan atmosphere alam semesta.
  3. Menimbulkan medan vibrasi posititf yang lebih kuat.
  4. Menghadirkan Tuhan. Tuhan menghadirkan diri dimana wujud Beliau dinyanyikan dengan sepenuh hati.
  5. Bhajan merupakan suatu proses yang menyebabkan pikiran menjadi berkembang ke dalam nilai-nilai abadi, kemulyaan dan keagungan Tuhan serta menghentikan pikiran sempit terhadap kesenangan duniawi.
  6. Merupakan pranayama.
  7. Bhajan membuat orang sehat.
  8. Mengubah gelombang elektromagnetik yang buruk menjadi gelombang dan suara yang menyejukkan.
  9. Mengatur lima prana.
  10. Mengatur lima vayu.
  11. Membangun kekuatan laten dari kundalini dan semua cakra, menajamkan kecerdasan, buddhi dan ingatan.
  12. Tuhan yang maha kuasa (Rg Veda), harus dipuja dengan mantra (Yajur Veda) dan dipuji dengan nyanyian merdu (Sama Veda).
  13. Bhajan dinyanyikan dengan bhava dan dari hati hingga menimbulkan kesadaran Tuhan.
  14. Fungsi kebersamaan telah disusun sedemikian rupa oleh Bhagavan Sri Sathya Sai Baba sehingga memadukan unsur di dalam manusia dan di luar manusia (mikro kosmos dan makro kosmos), sehingga timbul keselarasan harmoni. Harmoni di antara para bhakta, harmoni antara bhajan dengan sikap kita sebagai tuntunan menuju kesadaran Tuhan. Bhajan mampu menggiring manusia ke aspek kesadaran yang lebih tinggi, konsentrasi pikiran, disiplin dan kebersamaan. Bhajan haruslah mutalu (segepok permata) yang menghasilkan mutalu (jalan menuju Tuhan). Secara fisik bhajan adalah patalu (lagu) yang berdasarkan raga (laras, tuning), dan thal (ketukan, beat). Tanpa hal ini bhajan sebagai proses spiritual tidak menghasilkan daya yang maksimal. Kebersamaan ini diibaratkan kumparan magnet dari suatu trafo yang semakin digerakkan akan menimbulkan energi/kekuatan yang berlipat ganda, karena antara mereka yang terlibat alan timbul daya sinergis saling memperkuat satu sama lain. Daya-daya yang dihasilkan dari kebersamaan itu adalah pemangkasan watak-watak buruk manusia seperti keakuan, kesombongan, kebencian, kemarahan, iri, dengki yang sangat menghambat perkembangan spiritual. Mala dari itu bhajan harus dilaksanakan dengan suasana kebersamaan.
SAI MAHAVAKYA TENTANG BHAJAN
  1. Nyanyian bhajan yang dikidungkan akan meliputi dan mengisi lapisan ether (atmosfir) dalam bentuk sebagai gelombang suara; sehingga dengan demikian, maka lingkungan di sekitar itu akan mengalami proses pemurnian. Dengan menghirup udara dari atmosfir yang sudah disucikan ini, maka hati kita juga akan ikut dimurnikan. Pengulangan nama-nama Tuhan adalah suatu proses give and take. Hendaknya kebiasaan menyanyikan nama-nama Tuhan dijadikan sebagai latihan mutual sharing, yaitu dalam hal saling berbagi kesenangan dan kesucian. Engkau harus ingat bahwa suara-suara yang kita ucapkan akan bergetar dan bergema di atmosfir. Getaran-getaran tersebut secara permanen tetap ada di lapisan ether dan gelombang-gelombang tersebut berusia lebih panjang daripada orang yang mengucapkan atau mengkidungkannya. - Divine Discourse, November 8, 1986.
  2. Engkau harus menyadari bahwa bhajan, namasmaran dan puja(menyanyikan Nama Tuhan dan memuja Tuhan) bukanlah untuk menyenangkan atau membahagiakan Tuhan, namun demi kemajuan spiritual kita. Seringkali, orang-orang menyanjung mereka yang kaya dan berkuasa – apalagi jika mereka adalah yang memberi pekerjaan atau kita pernah berhutang budi atas pertolongan mereka yang sangat berharga – untuk merayu mereka supaya mau membagikan pemberian mereka. Namun Tuhan tidak menyiramkan Anugerah pada orang-orang karena mereka menyanyikan lagu pujaan untukNya. Tuhan juga tidak akan turun menemui mereka yang tidak memujaNya. Pengulang-ulangan nama dan sifat Tuhan hanyalah demi memungkinkan kita untuk merenungkan pedoman hidup yang semakin baik dan lebih mendekatkan diri kita pada Keilahian yang merupakan jati diri kita yang sebenarnya.
  3. Bhajan adalah salah-satu proses dimana engkau bisa melatih mind (batin) agar bergelut dalam nilai-nilai luhur nan abadi. Ajarkanlah mind agar ia senanitasa merenungkan kemuliaan Tuhan serta menjauhinya dari kenikmatan sesaat. Inilah yang dapat dicapai melalui bhajan maupun pooja. Bhajan akan menimbulkan keinginan untuk merasakan sendiri kebenaran, untuk melihat keindahan Tuhan serta untuk mencicipi bliss yaitu Sang Atma (Self). Bhajan akan mendorongmu agar menyelam ke dalam dirimu sendiri guna merealisasikan jati-dirimu yang sejati. Apabila terdapat dorongan demikian, maka jalan untuk mencapainya akan menjadi mudah. Yang terpenting adalah engkau harus selalu ingat bahwa dirimu adalah Divine.
  4. Bagi mereka yang menyanyikan lagu-lagu bhajan akan mendapatkan apa yang disebut dengan “Peningkatan Ganda”, karena mereka mendapatkan kebahagiaan dan sekaligus menyebarkan kebahagiaan. Hidup saat ini dipenuhi dengan penderitaan, ditimpa ketakutan dan berputus asa. Satu-satunya waktu dimana engkau bisa melupakan pikiran-pikiran tersebut dan memperkuat dirimu sendiri untuk menghadapi masa-masa yang sulit adalah ketika engkau menghubungkan diri dengan Sumber dari segala sumber kekuatan, yaitu Tuhan. Engkau tidak akan dapat memperoleh kedamaian dan kebahagiaan saat engkau tunduk dibawah tumpukan beban hidup sehari-hari. Engkau membawa beban kekhawatiran yang sangat berat sepanjang hari. Kesampingkanlah sejenak semua itu selama satu jam setiap malam dan luangkanlah waktu bersama Tuhan, yang mana bisa membuat bahumu menjadi kuat dan meringankan bebanmu. Engkau makan dua kali sehari untuk menjaga kesehatan badan, bukankah seharusnya engkau melaksanakanbhajan paling tidak sekali sehari untuk menjaga kesehatan pikiran? - Divine Discourse, , Dec 12, 1976
  5. Pada waktu Bhajan, seseorang seharusnya mencoba untuk mengangkat Bhajan pada tingkat spiritual dengan menyanyikannya dengan penuh bhakti dan perasaan suka cita, bukannya memberikan perhatian besar pada Raaga (melodi), Thaala (irama), Laya (ritme), dan Shruti (nada). Lagu seharusnya mengalir bukan dari bibir, tetapi dari hati. Ketika lagu berasal dari hati, hal itu juga akan membahagiakan pendengarnya. Lakukan Bhajan dengan kemurnian hati tanpa cela, lupakan segala keinginan duniawi. Ketika engkau melantunkan Nama Tuhan dengan hati yang murni, engkau akan mengalami ketuhanan.
  6. Engkau mengulang nama Tuhan, menyanyikan lagu Bhajan, dan bermeditasi agar memperoleh kemanunggalan pikiran, bukan? Setelah kemanunggalan ini tercapai, ketuhanan di dalamnya akan terungkap sehingga usaha lainnya tidak lagi penting. Mereka yang ingin menjadi peminat spiritual, untuk mencapai pembebasan, seharusnya tidak memberikan argumen dan menentang argumen tersebut. Engkau seharusnya tidak tertarik oleh tipu daya perasaan yang buruk! Engkau seharusnya melihat kesalahanmu sendiri dan tidak mengulanginya lagi. Engkau seharusnya menjaga dan melindungi hal ini, dengan matamu yang tetap mengarah pada tujuan, dan melenyapkan berbagai kesulitan, halangan dan gangguan yang mungkin engkau temui dalam perjalananmu.- -Divine Discourse, Prema Vahini
  7. Kecenderunganmulah (samskara) yang akan membangun atau malah merusak hidupmu. Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan membawa semua makhluk mencapai tujuannya. Tindakan yang engkau lakukan bisa membawamu mengarungi hidup melewati segala nestapa dan kesedihan. Hanya melalui tindakan yang baik sajalah maka engkau akan bisa mencapai Tuhan. Jadi tiap orang haruslah sepenuhnya melakukan perbuatan yang baik. Menunaikan tugasmu dengan sepenuh hati adalah wujud persembahan yang sejati. Itu adalah cara yang terbaik untuk mengingat Tuhan. Itu adalah Bhajan yang tertinggi. Hal itu menyebarkan kasih tanpa membeda-bedakan. Tugasmu sehari-hari tiada lain adalah melakukan pelayanan. Libatkanlah dirimu dalam pelayanan, ingatlah Tuhan tanpa terganggu, tetapkanlah tujuan untuk mencapai Tuhan. Ini adalah jalan raya menuju keberhasilanmu.- -Divine Discourse, Prema Vahini
  8. Kata “Adhyatmic” atau spiritual seringkali digunakan oleh pengikut dan pengajar spiritual. Apa yang sebenarnya tersirat dari perkataan tersebut? Apakah Bhajan atau doa bersama termasuk dalamAdhyatmic? Atau, apakah itu termasuk upacara dan perayaan keagamaan? Atau, apakah itu termasuk Japa dan Dhyana? (Pengulangan Nama-nama Tuhan dan Meditasi)? Atau lebih luas lagi termasuk juga perjalanan atau ziarah ke tempat suci? Bukan, Bukan! Hal itu semua hanyalah tindakan yang bermanfaat.Adhyatmic dalam pengertian yang sebenarnya berhubungan dengan dua kemajuan pencapaian atau paling tidak usaha-usaha sepenuh hati menuju tercapainya dua hal berikut ini – Melenyapkan sifat-sifat atau ciri-ciri hewani yang masih tetap melekat pada umat manusia dan persatuan dengan Tuhan. -Divine Discourse, Dec 30, 1977
  9. Mulai saat ini, bertekadlah untuk berbuat baik dan selalu mengembangkan cinta-kasih. Lakukanlah tugas-tugasmu dengan senang-hati dan untuk kepuasan setiap orang. Ketika engkau merasa bersalah atas perbuatan tidak benar yang telah engkau lakukan, maka sikap seperti itu akan menyenangkan Tuhan dan Beliau akan memaafkanmu. Jikalau engkau betul-betul berupaya untuk bertobat dan menjadi lebih baik lagi, maka Tuhan akan mencurahkan rahmat-Nya untukmu.... Ketika di dalam batinmu muncul pemikiran-pemikiran untuk merugikan orang lain, misalnya keinginan unuk mencuri ataupun menyebarkan fitnah dan sebagainya, maka segeralah berpaling kepada Tuhan untuk meminta bantuan-Nya. Berdoalah kepada-Nya untuk meminta kekuatan, sebab semua pemikiran-pemikiran (negatif) tadi bersumber dari rasa takut dan sikap pengecut, yang mana semua kualitas itu berakar dari kelemahan di dalam diri kita sendiri. Ucapkanlah nama Tuhan atau nyanyikanlah bhajan bagi dirimu sendiri, maka dengan demikian, semua pemikiran (negatif) itu akan lenyap dan menjauhkanmu dari kejahatan. - Divine Discourse, March 19, 1978.
  10. Apapun juga bentuk pelayanan yang diberikan, baik di rumah-sakit maupun di dalam kelompok bhajan, yang terpenting adalah bahwa pelayanan itu haruslah dilaksanakan dengan sikap rendah hati dan penuh penghormatan. Sebab hanya dengan demikianlah, akan tercapai chiththa suddhi (purifikasi batin dan pikiran), yang merupakan manfaat utama yang bisa dipetik dari tindakan pelayanan. Pengulangan nama-nama Tuhan secara kontinu - melalui jutaan nama-nama-Nya yang bisa diindentifikasi melalui imajinasi ataupun intellek manusia - merupakan cara terbaik untuk mengoreksi dan membersihkan batin manusia... Melalui nama-nama Tuhan, engkau akan senantiasa berada dekat dengan-Nya. - Divine Discourse, December 21, 1967.
  11. Engkau tidak perlu terlalu merisaukan tentang kesalahan yang diperbuat oleh orang lain. Yang lebih penting adalah lihatlah kesalahanmu sendiri dan berupayalah untuk memperbaikinya. Atas penyakit yang engkau derita, engkau sendirilah yang harus meminum obatnya. Jikalau engkau tidak merasa ada yang salah dengan dirimu, maka tentunya engkau tidak perlu untuk merasa terganggu atas ucapan-ucapan orang lain. Yang pertama sekali harus dilakukan adalah memperhatikan perilakumu sendiri. Majulah dan berjalanlah lurus; janganlah mengikuti jalur yang berkelok-kelok. Jangan pula membaca buku dan film murahan (amoral); sebab karaktermu akan ikut terpengaruh dan akan membangkitkan sifat-sifat yang penuh kekerasan dan kejahatan. Sebaliknya, pergunakanlah uangmu untuk mendapatkan makanan yang sathwic. Kembangkanlah kebiasaan-kebiasaan yang positif seperti: bhajan, mempraktekkan Asanas (postur-postur Yoga), meditasi, duduk-hening – semua praktek-praktek ini akan memberimu kedamaian dan kegembiraan batin, pikiran dan konsentrasi yang jernih serta menjadi mantap. - Divine Discourse, May 13, 1968
  12. Memang tidaklah mudah untuk memalingkan batin manusia dari hal-hal keduniawian agar menoleh kepada (jalan) ke-Tuhan-an. Berbagai bentuk kegiatan spiritual seperti meditasi, mengulang-ulang nama Tuhan (namasmarana), bhajan, membaca kitab-kitab suci dan lain-lain; semua akivitas tersebut dibuat sedemikian rupa untuk keperluan memurnikan mind (pikiran) agar ia dapat berkonsentrasi kepada Tuhan. Seperti halnya sebuah ladang atau sawah yang terlebih dahulu harus dibajak agar tanah di tempat itu siap untuk ditanami sehingga kelak membuahkan panen yang berlimpah. Nah, demikian pula halnya dengan hati manusia, yang perlu dimurnikan dan disucikan melalui tindakan-tindakan bajik dan suci serta melalui sadhana (disiplin spiritual), agar ia menghasilkan panen berupa buah kebijaksanaan Ilahi (Divine Wisdom). - Divine Discourse, August 19, 1984.
  13. Engkau melaksanakan bhajans sembari mengira bahwa tindakanmu tersebut adalah demi untuk menyenangkan Tuhan. Namun ketahuilah bahwa Tuhan tidak membutuhkan apapun juga. Bhajan bermanfaat demi untuk kebahagiaanmu sendiri. Berbagilah kebahagiaan itu dengan sesamamu. Tuhan adalah perwujudan bliss dan oleh sebab itu, Beliau tidak membutuhkan apapun juga darimu. Oleh karena Tuhan adalah perwujudan kebahagiaan abadi, lalu apa lagi yang Beliau butuhkan? Ia tidak tertarik dengan kesenangan duniawi yang serba temporer ini. Pada saat engkau menyanyikan bhajan, maka hatimu menjadi murni & suci. Ibadah dan bhajan yang engkau laksanakan adalah dimaksudkan demi untuk memberikan kebahagiaan bagimu dan bukan untuk Tuhan. - - Divine Discourse, March 16, 2003
  14. Daripada mengalah terhadap daya-pikat obyek-obyek duniawi, adalah lebih penting bagimu untuk lebih berkonsentrasi dalam usaha-usaha spiritual yang tiada lain adalah merupakan kecenderungan alamiahmu. Untuk itu, sangat dibutuhkan pergaulan dengan orang-orang yang saleh. Jauhilah pergaulan dengan mereka yang jahat. Pergaulan yang saleh bukan hanya sekedar diartikan sebagai mengikuti kegiatan bhajan dan persekutuan religius. Sathsang yang sebenarnya adalah memupuk pergaulan dengan Sath (conscience/hati nurani) masing-masing. Dengan perkataan lain, berkontemplasilah kepada-Nya. Jalankanlah tugas-tugasmu sehari-hari dengan pikiranmu yang senantiasa dipusatkan kepada-Nya. Persembahkanlah setiap perbuatanmu kepada-Nya. Inilah cara terbaik untuk menyempurnakan diri serta menyucikan kehidupanmu. - Divine Discourse, December 18, 1994.
  15. Selama engkau memperlakukan Tuhan sebagai 'entitas' yang berbeda dibandingkan dengan bhakta lainnya, maka kaidah alamiah dari Bhakti (devotion) tak akan bisa dipahami. Walaupun engkau mempraktekkan bhajan, chanting, meditasi dan yoga, namun selama perasaan saling membedakan tersebut masih ada, dirimu masih rawan untuk kehilangan keyakinan/kepercayaan kepada-Nya. Mereka yang menganggap dirinya berbeda dari Sang Ilahi tak akan bisa menjadi bhakta sejati. Sikap yang benar adalah bahwa pada hakekatnya engkau harus memperlakukan dirimu sebagai Divine, seperti halnya percikan api yang kualitasnya tidak berbeda dengan sumbernya. - Divine Discourse, August 27th, 1986.

 

Panca Pilar

Ajaran Sathya Sai Baba terdiri dari lima nilai-nilai kemanusiaan yang mana para pengikutnya biasa menyebutnya dengan “Panca Pilar”, antara lain:
Cinta Kasih: kepedulian, kasih sayang, memaafkan, antusiasme, pengabdian.
Kedamaian: kepuasan, kerendahan hati, kesabaran, kepercayaan diri, menghargai diri sendiri.
Kebenaran: kejujuran, integritas, optimisme.
Tanpa Kekerasan: kelembutan, pertimbangan, kerjasama, kesetaraan antar manusia, menghormati budaya.
Perilaku yang benar: rasa syukur, ketekunan, tekad, tanggung jawab, pengorbanan, keberanian, kewajiban, dan etika.
 

Tujuan kedatangan beliau

Berbicara mengenai misi, Sathya Sai Baba mendeklarasikan bahwa :
Aku datang bukan untuk mengganggu atau menghancurkan keyakinan apapun, tetapi untuk menguatkan keyakinan mereka, sehingga seorang Kristen menjadi seorang Kristen yang lebih baik, seorang Muslim menjadi seorang Muslim yang lebih baik, seorang Hindu menjadi seorang Hindu yang lebih baik dan seorang Buddhis menjadi seorang Buddhis yang lebih baik.
Sathya Sai Baba mengatakan datang untuk membimbing umat manusia menegakkan nilai-nilai universal semua agama yaitu Sathya (Kebenaran), Dharma (Tindakan yang Benar), Shanti (Kedamaian), Prema (Cinta Kasih), dan Ahimsa (Tanpa Kekerasan).
 

Siapa Sai Baba?

Sathya Sai Baba lahir dengan nama Sathyanarayana Raju (lahir 23 November 1926 – meninggal 24 April 2011 pada umur 84 tahun) dengan nama keluarga "Ratnakara", ia adalah seorang Guru, orang yang mengabdikan hidupnya untuk perbaikan kemanusiaan, orator, pencipta lagu/puisi dan filsuf India Selatan yang sering digambarkan sebagai orang suci. Sai Baba mengatakan tidak pernah membuat agama, ia mengajarkan bahwa semua agama itu sama dan ia tidak suka akan orang yang berpindah agama. Sai Baba berkata;"There is only one religion, the religion of love, there is only one language, the language of the heart, there is only one caste, the caste of humanity, there is only one God, Ia merupakan reinkarnasi Sai Baba dari Shirdi.
Nama kecil Sathyanarayana Raju, lahir dari Ibu Eswaramma dengan nama keluarga "Ratnakaram" dari keturunan Bharadwaja Rsi Ghotra di desa terpencil Puttaparthi, Andhra Pradesh, India. Ayahnya bernama Pedda Venkama Raju.
Ia diklaim lahir tanpa melalui proses pembuahan biologis biasa. Easwaramma menceritakan, "Saya telah bermimpi tentang Dewa Sathya Narayana dan Dia mengingatkan saya bahwa saya tidak boleh takut jika sesuatu terjadi kepada saya melalui Kehendak Tuhan. Pagi itu ketika saya masih menimba air di sumur, cahaya biru berbentuk bola besar datang bergulir ke arah saya dan saya terjatuh pingsan. Saya merasa cahaya itu meluncur ke dalam diri saya". Disebabkan peristiwa tersebut Eswaramma kemudian mulai mengandung bayi yang dikemudian hari dikenal sebagai Sathya Sai Baba. Easwaramma tidak menceritakan kejadian tersebut kepada siapapun kecuali pada Ibu mertuanya, tetapi ia menyuruhnya untuk menyimpan cerita tersebut.
Narayana Kasturi, dalam biografi Sathya Sai Baba, mengatakan bahwa selama Easwaramma mengandung, di tengah malam dan kadang-kadang pada pagi hari, tambura berirama dengan merdunya dan Maddala (drum) pelan berdetak sendirinya, seolah-olah mereka berada di tangan ahli musik.
Pada hari Senin 23 November 1926, di pagi hari angin berhembus dan lonceng-lonceng di kuil berdentang, Sathya Narayana pun lahir. Di tempat yang berbeda, pada 24 November 1926, yogi Sri Aurobindo bangun dari meditasinya dan mengumumkan bahwa; Sri Krishna telah turun ke dunia dalam wujud fisik. Aurobindo memecah keheningan yang berkepanjangan hanya untuk menyatakan bahwa Tuhan telah menjelma pada hari sebelumnya. Setelah membuat pernyataan penting ini, dia kembali pada keheningannya." Banyak orang merasa bahwa Sri Aurobindo mengumumkan tanda kemunculan Avatar Sathya Sai Baba".

Tanda Keilahian

Bayi itu tidak menangis ketika ia dilahirkan. Easwaramma terkejut karena bayinya mulai tersenyum. Semua orang heran melihat bayi yang baru lahir tersebut tersenyum. Bayi itu memiliki tahi lalat di pipi sebelah kiri dan di dadanya. Di telepak kakinya terdapat tanda berupa gambar Sangka dan Chakra.
Lakshmamma, Ibu mertua Easwaramma, dengan lembut meletakkan bayi yang baru lahir tersebut di atas daun-daun palma, di sudut ruang persalinan sesuai dengan tradisi yang ada. Sesaat kemudian, ia melihat gerakan perlahan di kain sprei bayi. Hal yang membuatnya sangat terkejut adalah ketika mengangkat bayi mungilnya, ia melihat seekor ular kobra menyediakan dirinya sebagai tempat tidur si bayi tanpa melukainya. Ular tersebut seolah-olah mengambil peran sebagai Adishesha, ular tempat dimana Sri Vishnu berbaring.
Pada saat upacara Namakaranam (upacara pemberian nama), bayi itu diberi nama Sathyanarayana. Saat nama itu dibisikkan ditelinga si bayi, bayi itu tersenyum seolah-olah memberikan tanda setuju dengan nama tersebut. "Sathya" adalah kata dalam bahasa Sanskerta berarti Kebenaran dan "Narayana" adalah nama untuk Sri Vishnu
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Om Sai Ram - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger